Saudaraku sekalian. Meneruskan tulisan sebelumnya,
yaitu tentang sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, maka kali ini saya sengaja
mengajak Anda sekalian untuk mengulik kisah hidup seorang Umar ibn Khaththab
RA. Seorang sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang dijuluki sebagai Al-Faruq(sang
pembeda kebenaran dan kebathilan). Sosok yang tegas dan berwibawa. Yang tak
kenal takut kecuali kepada Allah SWT dan teramat cinta kepada kekasih-Nya,
Muhammad SAW. Dan sosok yang terbukti zuhud dan cerdas dalam kehidupan dunia.
Baiklah,
untuk mempersingkat waktu, mari ikuti penelusuran berikuti ini:
Umar ibn
Khaththab RA adalah seorang sahabat Nabi dan Khalifah kedua setelah wafatnya
Abu Bakar Ash-Shiddiq RA. Jasa dan pengaruhnya terhadap penyebaran Islam sangat
besar, hingga Michael H. Heart telah menempatkannya sebagai orang paling
berpengaruh nomor 51 sedunia sepanjang masa.
Sosok Umar
ibn Khaththab sangat berpengaruh di kalangan bangsa Arab karena keberanian, ketegasan,
dan keteguhan jiwanya. Ia adalah pendukung, pengikut utama dakwah Nabi Muhammad
SAW.
1.
Silsilah
Beliau lahir di Makkah tahun 581 Masehi. Berasal dari bani Adi, salah satu bagian suku Quraisy. Nama lengkapnya Umar ibn Khaththab ibn Nafiel ibn Abdul Uzza. Ayahnya bernama Khaththab ibn Nufail Al-Shimh Al-Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Suku Adi terpandang mulia dan mempunyai martabat tinggi di kalangan Arab. Garis keturunan Umar ibn Khathttab bertemu dengan Nabi SAW dalam leluhur generasi ke delapan yang bertemu pada moyang mereka yang bernama Ka’ab.
Beliau lahir di Makkah tahun 581 Masehi. Berasal dari bani Adi, salah satu bagian suku Quraisy. Nama lengkapnya Umar ibn Khaththab ibn Nafiel ibn Abdul Uzza. Ayahnya bernama Khaththab ibn Nufail Al-Shimh Al-Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Suku Adi terpandang mulia dan mempunyai martabat tinggi di kalangan Arab. Garis keturunan Umar ibn Khathttab bertemu dengan Nabi SAW dalam leluhur generasi ke delapan yang bertemu pada moyang mereka yang bernama Ka’ab.
2.
Sifat dan karakter
Umar mempunyai postur tubuh yang tegap dan kuat, wataknya keras, berani, dan berdisiplin tinggi. Pada masa remajanya, dia dikenal sebagai pegulat perkasa dan sering menampilkan kemampuannya itu dalam pesta tahunan di pasar Ukaz di Makkah. la memiliki kecerdasan yang luar biasa, mampu memprakirakan hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang (prediksi/ramalan). Tutur bahasanya halus dan bicaranya fasih. Kelebihan-kelebihan yang dimilikinya itu mengantarkan-nya terpilih menjadi wakil kabilahnya. la selalu diberi kepercayaan sebagai utusan yang mewakili kabilah Quraisy dalam melakukan perundingan dengan suku-suku lain di jazirah Arab. Keunggulannya berdiplomasi mem-buatnya populer di kalangan berbagai suku Arab.
Umar mempunyai postur tubuh yang tegap dan kuat, wataknya keras, berani, dan berdisiplin tinggi. Pada masa remajanya, dia dikenal sebagai pegulat perkasa dan sering menampilkan kemampuannya itu dalam pesta tahunan di pasar Ukaz di Makkah. la memiliki kecerdasan yang luar biasa, mampu memprakirakan hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang (prediksi/ramalan). Tutur bahasanya halus dan bicaranya fasih. Kelebihan-kelebihan yang dimilikinya itu mengantarkan-nya terpilih menjadi wakil kabilahnya. la selalu diberi kepercayaan sebagai utusan yang mewakili kabilah Quraisy dalam melakukan perundingan dengan suku-suku lain di jazirah Arab. Keunggulannya berdiplomasi mem-buatnya populer di kalangan berbagai suku Arab.
Nabi
SAW mengakui keunggulan-keunggulan yang dimiliki Umar, pemuda yang gagah
berani, tidak mengenal takut dan gentar, dan mempunyai ketabahan dan kemauan
keras. Oleh karena itu, untuk kepentingan perjuangan Islam, Nabi SAW pernah
berdoa, “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan salah seorang dari Amr bin
Hisyam atau Umar bin Khaththab.” Doa Nabi SAW diperkenankan Allah SWT
dengan Islamnya Umar sekitar tahun 616 Masehi.
3.
Kisah masuk Islam
Sebelumnya, Umar dikenal sebagai seorang tokoh Arab Quraisy yang paling gigih menentang seruan Nabi SAW. Meski dakwah beliau sudah berlangsung selama enam tahun, Umar tetap saja tidak mengindahkannya, bahkan secara terang-terangan menentangnya.
Sebelumnya, Umar dikenal sebagai seorang tokoh Arab Quraisy yang paling gigih menentang seruan Nabi SAW. Meski dakwah beliau sudah berlangsung selama enam tahun, Umar tetap saja tidak mengindahkannya, bahkan secara terang-terangan menentangnya.
Suatu hari,
Umar berjalan sambil menenteng pedang terhunus. Wajahnya jelas menunjukkan
ekspresi murka. Ia berpapasan dengan Naim al-Nakham. “Mau kemana kau Umar
dengan pedang terhunus seperti itu?” Kau ingin membunuh seseorang? Kau nampak
mengerikan.” Tanya Naim.
“Ya. Aku akan
membunuh Muhammad” Kata Umar dengan suara yang lantang. “Orang ini telah
menceraiberaikan persaudaraan kita dan mengingkari tuhan-tuhan moyang kita”
tambah Umar.
“Kau telah
tertipu oleh dirimu sendiri, Umar. Lihatlah, orang-orang Bani Manaf
meninggalkanmu. Mereka berharap kau mau membalas dendam mereka kepada Muhammad”
Kata Naim. Ia terdiam sejenak lalu berkata; “Sekarang lebih baik kau lihat
keluargamu sendiri. Memangnya kau tidak tahu bahwa saudarimu, Fathimah dan
suaminya, Said telah menjadi pengikut Muhammad?”
Mendapatkan
informasi itu, Umar makin marah. Ia murung menemui Muhammad SAW dan menuju ke
rumah Fathimah. Sesampainya di sana, di depan pintu, ia mendengar lantunan ayat
Al-Qur`an yang dibacakan oleh Khabab ibn Art untuk Fathimah dan Said. Ia
mendapati adik, ipar, dan beberapa orang Muslim sedang mempelajari Al-Qur’an.
Dari depan pintu itu, Umar berteriak menyuruh mereka keluar. Fathimah keluar,
sementara Said dan Khabab tetap di dalam rumah.
“Aku sudah
tahu kalian meninggalkan keyakinan nenek moyang kita dan mengikuti Muhammad.
Kata Umar.
“Kami
menemukan kebenaran pada ajaran Muhammad” Kata Fathimah tegas. “Apa pun yang
ingin kau lakukan sekarang, kami tidak akan goyah dengan pilihan kami ini”
Tambah Fathimah.
Seketika Umar
menampar keras adiknya itu. Hidungnya pun sampai berdarah. Umar kemudian
menerobos masuk ke dalam rumah, meraih Said, membantingnya, lalu menginjak
dadanya. Sementara Fathimah berusaha menahan darah yang mengalir dari hidungnya
agar tak menetes di lembaran Al-Qur`an yang di pegangnnya.
Di puncak kemarahannya,
mata Umar menangkap sebuah lembaran yang bertuliskan ayat-ayat Al-Qur’an yang
di pegang oleh adiknya itu, Fathimah. Umar berusaha merebut lembaran itu,
tapi Fathimah menampik tangan Umar. Lalu berkata; “Ini kitab suci. Tidak boleh
disentuh oleh orang kafir yang tak suci sepertimu” Kata Fathimah.
Mendengar
itu, jantungnya tiba-tiba berdegup kencang dan hatinya menjadi ciut. Ia
tertusuk, lunglai dan seperti tersihir oleh kata-kata dari saudarinya itu. Umar
pun segera mandi dan mengucikan diri lalu mem-baca ayat-ayat Al-Qur’an yang
tertera di lembaran yang di pegang adiknya itu. Menurut sebagian riwayat, yang
tertera di dalam lembaran itu adalah beberapa ayat dari permulaan surat
Thaahaa. Yang tertulis:
“Thaahaa.
Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah; Tetapi
sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), Yaitu diturunkan dari
Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (yaitu) Tuhan yang Maha
Pemurah. yang bersemayam di atas ‘Arsy. Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di
langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di
bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, Maka Sesungguhnya Dia
mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. Dialah Allah, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama
yang baik),” (QS.
Thaahaa [20] ayat 1-8)
Setelah
membaca ayat-ayat itu, perasaannya menjadi tenang, dan rasa damai menyelinap di
hatinya. Ayat-ayat itu menyentuh hati terdalam Umar. Timbul keinginan kuat
untuk segera menemui Rasulullah SAW. la pun segera meminta maaf kepada adik
Fathimah, iparnya Said dan temannya Khabab ibn al-Art, lalu bertanya; “Dimana
aku bisa menemui Muhammad?”
Khabab yang
sedari tadi hanya bersembunyi karena takut dengan kemarahan Umar, tiba-tiba
muncul dan bicara; “Berbahagialah kau Umar. Allah telah membuka pintu hatimu
untuk Islam. Rasul pernah berdoa mengharap keIslamanmu” dan setelah itu, ia di
tunjukkan dimana biasa Rasulullah berkumpul dengan para sahabatnya, yaitu di
rumah Al-Arqam.
Selepas itu,
Umar langsung menuju rumah Al-Arqam (rumah yang dihibahkan Al-Arqam kepada
Rasulullah untuk dijadikan pusat dakwah Islam) di mana Nabi Muhammad SAW sedang
menyampaikan dakwah secara sembunyi-sembunyi. Sesampainya di rumah Al-Arqam,
Umar segera mengetuk pintu. Mengetahui yang datang adalah Umar, sahabat-sahabat
yang sedang bersama Nabi SAW menjadi gentar dan ketakutan, kecuali Hamzah bin
Abdul Muttalib, paman Nabi SAW yang dikenal sebagai seorang yang gagah berani.
Para sahabat
menduga-duga apa yang akan dilakukan oleh Umar. “Kita lihat saja” Kata Hamzah.
“Jika Allah menghendaki kebaikan, maka Umar akan mendapatkannya. Jika bukan,
berarti Umar sedang mengantar-kan nyawanya sendiri”
Nabi SAW
menyuruh membuka pintu dan mempersilakan Umar masuk. Melihat sikap Nabi SAW
yang sangat lembut dan bijaksana, Umar merasa kecil di hadapannya. Setelah Umar
mendekat, Rasulullah segera menyambutnya. “Ada apa kau kemari, Umar?” Tanya
beliau, ramah.
Umar
membalasnya dengan senyuman dan berkata; “Aku ingin masuk Islam”
Sambil
menggenggam leher baju Umar, Nabi SAW berkata dengan suara yang keras, “Islamlah
engkau, wahai Ibnu Khaththab!” Umar pun lalu mengucapkan Dua Kalimat
Syahadat di hadapan Rasulullah dan para sahabat., sebagai tanda ia telah masuk
Islam. Semua yang hadir di rumah Al-Arqam bergembiran dengan peristiwa itu.
Orang-orang yang berada di rumah pun bertakbir dengan keras. Menurut
pengakuannya dia adalah orang yang ke 40 masuk Islam.
Kemudian
Nabi Muhammad SAW berdoa; “Ya Allah, ini adalah Umar ibn Khathttab. Ya
Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khaththab.” Dan dalam riwayat
lain: “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar.”
Abdullah bin
Mas’ud berkomentar, “Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin
Khaththab masuk Islam.”
4.
Mendapat gelar Al-Faruq
Masuk Islamnya Umar segera diikuti oleh putra sulungnya, Abdullah, dan isterinya, Zainab binti Maz’un. Tapi tentunya keislamannya itu malah mengecewakan kalangan kafir Quraisy. Mereka merasa, pelan-pelan sandaran mereka mulai rapuh. Sebaliknya, bagi umat Islam, keIslaman Umar adalah rahmat. Setelah Hamzah, kini Umar. Pengikut Islam tak lagi dari kalangan budak, melainkan pembesar Quraisy.
Masuk Islamnya Umar segera diikuti oleh putra sulungnya, Abdullah, dan isterinya, Zainab binti Maz’un. Tapi tentunya keislamannya itu malah mengecewakan kalangan kafir Quraisy. Mereka merasa, pelan-pelan sandaran mereka mulai rapuh. Sebaliknya, bagi umat Islam, keIslaman Umar adalah rahmat. Setelah Hamzah, kini Umar. Pengikut Islam tak lagi dari kalangan budak, melainkan pembesar Quraisy.
Sebelum Umar
menanggalkan kekafirannya, tak jarang umat Islam melaksanakan shalat dengan sembunyi-sembunyi.
Keadaan itu barubah setelah Umar masuk Islam. Umar pernah berkata; “Bukankah
kita ini benar ya Rasulullah? Lalu kenapa harus sembunyi-sembunyi?”
Sehingga
sejak hari itu pula, Umar mendapat julukan Al-Faruq (sang
pembeda kebenaran dan kebathilan). Dan umat Islam pun lebih tenang melaksanakan
shalat berjamaah. Keikutsertaan Umar dalam barisan shafmembuat para
jamaah yakin tak akan di ganggu oleh orang-orang kafir Quraisy. Tak hanya itu,
ia pun di percaya oleh Rasulullah untuk mencatat wahyu, karena ia memanglah
pintar dalam tulis menulis aksara Arab. Sehingga bertambah banyaklah dari
kalangan sahabat yang mencatatkan ayat Al-Qur`an demi kelestariannya.
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda; “Sesungguhnya di
antara orang-orang sebelum kalian terdapat sejumlah manusia yang mendapat
ilham. Apabila seorang umatku mendapatkannya, maka Umarlah orangnya”
Zakaria
bin Abi Zaidah menambahkan dari Sa`ad dari Abi Salamah dari Abu Hurairah, dia
berkata bahwa Rasulullah bersabda; “Sesungguhnya orang-orang sebelum
kalian dari Bani Israil ada yang diberikan ilham walaupun mereka bukan nabi,
jika salah seorang dari umatku mendapat-kannya, maka Umarlah orangnya.”
Umar
selalu mengikuti peperangan yang di pimpin oleh Rasulullah SAW dan peristiwa-peristiwa
yang terkait dengannya, seperti perang Badar, Uhud, Khandaq. Ia terkait dalam
pengepungan Bani Qainuqa, Bani Mushthaliq, Hunai dan Thaif. Ia tergabung dalam
pasukan pada misi pembebesan Makkah (Fathu Makkah). Umar juga menjadi
salah satu prajuri pasukan al-`Usrah (pasukan yang dipersiapkan untuk menyerang
pasukan Romawi sebagai pembalasan kematian tiga pemimpin pasukan Islam (Zaid
ibn Harits, Ja`far ibn Abu Thalib, dan Abdullah ibn Rawahah).
Pada
semua peristiwa kepahlawanan itu, Umar menjadi teladan keberanian seorang
prajurit yang ditakuti lawan. Bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda; “Syaitan
dari golongan manusia dan jin pun lari dari Umar” (HR. At-Tirmidzi)
Di lain
waktu, Hafshah, Ummul Mukminin, putri Umar, menuturkan bahwa Rasulullah pernah
mengatakan;“Sejak Umar masuk Islam, setiap syaitan yang bertemu dengannya
akan tunduk” (HR. At-Thabrani)
Ketegasan dan
keberanian Umar merupakan kekuatan besar dalam upaya mengembangkan Islam
selanjutnya, sehingga bukan hanya Nabi SAW yang menaruh simpati dan kepercayaan
yang besar kepadanya, melainkan juga para sahabat, khususnya Abu Bakar
Ash-Shiddiq RA. Pada masa pemerintahannya, Umar selalu diangkat sebagai
penasihat sekaligus hakim dalam menangani permasalahan-permasalahan hukum yang
timbul ketika itu. Kemampuan Umar dalam hal memecahkan berbagai problema hukum
yang dihadapkan kepadanya meyakinkan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA untuk
mengangkatnya sebagai Khalifah penggantinya kelak.
Selain itu,
keislaman Umar membuka jalan bagi tokoh-tokoh bangsa Arab lainnya masuk Islam.
Sejak saat itu, berbondong-bondonglah orang masuk Islam, sehingga hanya dalam
waktu yang singkat pengikut Islam bertambah dengan pesatnya.
Umar telah
membawa cahaya terang dalam permulaan perjuangan Islam. Dakwah Islam, yang
semula dijalankan secara rahasia dan sembunyi-sembunyi, kini disiarkan secara
terang-terangan. Umar menjadi pembela dan pelindung umat Islam dari segala
gangguan. Ibnu Asir mengungkapkan bahwa Abdullah bin Mas’ud RA berkata,
“Islamnya Umar adalah suatu kemenangan, hijrahnya adalah suatu pertolongan, dan
pemerintahannya adalah rahmat. Pada awalnya, umat Islam tidak berani
mengerjakan ibadah shalat dengan terang-terangan, takut dianiaya oleh kafir
Quraisy, tetapi setelah itu mereka dapat beribadah dengan leluasa tanpa merasa
tertekan.”
Umar pun
telah menunjukkan kesetiaan dan pengabdiannya tanpa pamrih demi kejayaan Islam,
seolah-olah ia hendak menebus segala jenis kesalahan dan dosa yang diperbuatnya
pada masa jahiliyah. Dan ini terbukti ketika semua umat Islam yang berhijrah ke
Yastrib dengan cara sembunyi-sembunyi. Namun Umar tidak demikian. Bahkan ia
terang-terang menantang siapa saja yang hendak menghalanginya dalam berhijrah
ke Yastrib (Madinah), dengan berkata: “Hai kalian! Aku akan hijrah ke Yastrib.
Siapa yang ingin diratapi oleh ibunya, siapa yang ingin anaknya menjadi yatim,
siapa yang ingin men-jadikan istrinya janda, maka hadapi aku di balik bukit”
Siapa yang
berani menantang seorang pemberani dan satria seperti Umar? Sehingga ia pun
dengan selamat tiba di Yastrib. Kedatangannya di sambut oleh Rasulullah, para
sahabat dan keluarganya yang telah lebih dulu tiba disana.
5.
Keadaan Umar ibn Khaththab selama menjadi Khalifah
Khalifah setelah Abu Bakar ini dikenal sangat sederhana. Tidur siangnya beralaskan tikar dan batu bata di bawah pohon kurma, dan ia hampir tak pernah makan kenyang, demi menjaga perasaan rakyatnya. Umar juga sangat takut mengambil harta kaum Muslimin tanpa alasan yang kuat. la berpakaian sangat sederhana, bahkan tidak pantas untuk dipakai oleh seorang pembesar seperti dia. Umar pun meneladani perilaku Rasulullah SAW dalam seluruh aspek kehidupannya. Prinsip hidup sederhana juga diterapkan oleh Umar di lingkungan keluarganya. Istri dan anak-anaknya dilarang menerima pemberian dalam bentuk apa pun dari para pembesar maupun dari rakyatnya.
Khalifah setelah Abu Bakar ini dikenal sangat sederhana. Tidur siangnya beralaskan tikar dan batu bata di bawah pohon kurma, dan ia hampir tak pernah makan kenyang, demi menjaga perasaan rakyatnya. Umar juga sangat takut mengambil harta kaum Muslimin tanpa alasan yang kuat. la berpakaian sangat sederhana, bahkan tidak pantas untuk dipakai oleh seorang pembesar seperti dia. Umar pun meneladani perilaku Rasulullah SAW dalam seluruh aspek kehidupannya. Prinsip hidup sederhana juga diterapkan oleh Umar di lingkungan keluarganya. Istri dan anak-anaknya dilarang menerima pemberian dalam bentuk apa pun dari para pembesar maupun dari rakyatnya.
Umar pernah
berkata, “Tidak halal bagiku harta yang diberikan Allah kecuali dua pakaian.
Satu untuk dikenakan di musim dingin dan satu lagi dikenakan untuk musim panas.
Adapun makanan untuk keluargaku sama saja dengan makanan orang-orang Quraisy
pada umumnya, bukan standar yang paling kaya di antara mereka. Aku sendiri
hanyalah salah seorang dari kaum Muslimin.
Jika
menugaskan para gubernurnya, Umar akan menulis perjanjian yang disaksikan oleh
kaum Muhajirin. Umar mensyaratkan kepada mereka agar tidak berpakaian yang
halus, dan tidak menutup pintu rumahnya kepada rakyat yang membutuhkan bantuan.
Jika mereka melanggar pesan ini, maka akan mendapatkan hukuman.
Umar juga
membuat peraturan untuk para gubernurnya. Diantaranya:
1) Jangan memiliki kendaraan istimewa
2) Jangan memakai pakaian tipis (halus dan mahal harganya)
3) Jangan makan-makan yang enak-enak
4) Jangan menutup rumahmu bila orang memerlukanmu
1) Jangan memiliki kendaraan istimewa
2) Jangan memakai pakaian tipis (halus dan mahal harganya)
3) Jangan makan-makan yang enak-enak
4) Jangan menutup rumahmu bila orang memerlukanmu
Sebagai
Khalifah, Umar dikenal sangat adil dalam menjalankan pemerintahannya. la tidak
membedakan antara tuan dan budak, kaya dan miskin, juga penguasa dan rakyat
jelata. Semua mendapat perlakuan yang sama. Yang salah dihukum dan yang benar
dibelanya. Banyak didapati riwayat yang disampaikan Anas bin Malik RA, bahwa suatu
ketika ia sedang duduk bersama Umar. Lalu datang seorang penduduk Mesir yang
mengadukan perihal kezaliman Amr bin al-As, gubernur Mesir. Tentang perilaku
sang gubernur yang menampar teman sebayanya. Dengan serta merta Umar mengirim
surat kepada Amr bin al-Ash agar segera meng-hadap kepada Umar di Madinah.
Setelah Amr bin al-Ash datang, ia pun diadili dan ternyata bersalah. Umar lalu
menyuruh bocah yang teraniaya itu membalas sesuai dengan perlakuan yang
diterimanya. Yaitu dengan menampar kembali sang gubernur, lalu ia berkata
kepada Amr ibn Ash; “Mengapa kau memperbudak manusia yang telah dilahirkan
merdeka oleh ibu-ibu mereka?” Begitulah gambaran nyata tentang keadilan seorang
Umar ibn Khaththab RA, yang tak mengenal siapa orangnya.
Suatu
hari, Umar pernah mengatakan; “Jika ada seekor unta saja yang tergelincir di
jalan Iraq, di akhirat kelak, aku yang dituntut Allah: “Mengapa kau tak
membuat jalan yang baik meski untk seekor unta?”
Pada masa
Kekhalifahannya yang tepat pada tahun ke 18 Hijriyah, terjadi masa paceklik.
Tak sedikit orang yang kelaparan, bahkan mati kelaparan. Saat itu, Umar
mengharamkan dirinya makan daging. Ia hanya makan roti untuk sekian lama sampai
wajahnya tampak seperti orang kekurangan gizi. Sehingga orang-orang pun
berkata; “Jika umat tengah merasakan penderitaan, maka Umar adalah orang
pertama yang merasakan penderitaan itu. Sedangkan saat umat merasakan
kesenangan, maka ia adalah orang yang terakhir merasakannya”
Umar ibn
Khaththab RA tidak hanya memberlakukan kesederhanaan pada dirinya saja, namun
juga terhadap para pejabat di pemerintahannya sebagaimana uraian di atas.
Sehingga tidak keliru bila umat di zaman kini kembali berkaca kepada
kesederhanaan sahabat Rasululah SAW dan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA ini. Karena
tentunya akan mendatangkan banyak sekali manfaatnya.
Mu`awiyah bin
Abu Sufyan berkata, “Adapun Abu Bakar, ia tidak sedikit pun menginginkan dunia
dan dunia juga tidak ingin datang menghampirinya. Sedangkan Umar, dunia datang
menghampirinya namun dia tidak menginginkannya. Adapun kita bergelimang dalam
kenikmatan dunia”
Pernah Umar
dicela dan dikatakan kepadanya; “Alangkah baiknya jika engkau memakan makanan
yang bergizi tentu akan membantu dirimu supaya lebih kuat membela kebenaran.
Maka Umar berkata; “Sesungguhnya aku telah meninggalkan kedua sahabatku
(Rasulullah dan Abu Bakar) dalam keadaan tegar (tidak terpengaruh dengan
dunia), maka jika aku tidak mengikuti ketegaran mereka, aku takut tidak akan
dapat mengejar kedudukan mereka”
Anas berkata:
“Di antara bahu dari baju Umar, terdapat empat tambalan, kainnya ditambal
dengan kulit. Pernah beliau khutbah di atas mimbar mengenakan pakaian yang
memiliki dua belas tambalan. Ketika melaksanakan ibadah haji, beliau hanya
menggunakan enam belas dinar, sementara beliau berkata kepada anaknya; “Kita
ini terlalu boros dan berlebihan”. Pada tahun paceklik dan kelaparan, beliau
tidak pernah makan kecuali roti dan minyak hingga kulit beliau berubah menjadi
hitam. Beliau berkata, “Akulah sejelek-jelek penguasa apabila aku bisa kenyang sementara
rakyatku kelaparan. Pada wajah beliau terdapat dua garis hitam disebabkan
banyak menangis. Terkadang beliau mendengar ayat Allah dan jatuh pingsan karena
perasaan takut, hingga terpaksa diangkat ke rumah dalam keadaan pingsan.
Kemudian kaum Muslimin pun menjenguk beliau beberapa hari, padahal beliau tidak
memiliki penyakit yang membuat beliau pingsan kecuali perasaan takutnya”
Saat menjabat
sebagai Khalifah, Umar bin Khaththab berlaku sangat zuhud meski beliau
sesungguhnya seorang yang sangat kaya. Ketika wafat, Umar ibn Khaththab
meninggalkan ladang pertanian sebanyak 70.000 ladang, yang rata-rata harga
ladangnya sebesar Rp. 160 juta – perkiraan konversi ke dalam rupiah. Itu
berarti, Umar telah meninggalkan warisan sebanyak Rp. 11,2 Triliun. Setiap tahun,
rata-rata ladang pertanian saat itu menghasilkan Rp. 40 juta, berarti Umar
mendapatkan penghasilan Rp. 2,8 Triliun setiap tahun, atau 233 Miliar sebulan.
Umar memiliki
70.000 properti. Umar selalu menganjurkan kepada para pejabatnya untuk tidak
menghabiskan gajinya untuk dikonsumsi. Melainkan disisakan untuk membeli
properti. Agar uang mereka tidak habis hanya untuk di makan.
Namun
begitulah Umar. Ia tetap saja sangat berhati-hati. Harta kekayaannya pun ia
pergunakan untuk kepentingan dakwah dan umat. Tak sedikit pun Umar
menyombongkan diri dan mempergunakannya untuk sesuatu yang mewah dan
berlebihan. Sampai-sampai menjelang akhir kepemimpinannya, Ustman ibn Affan
mengatakan; “Sesungguhnya, sikapmu telah sangat memberatkan siapapun dari
Khalifah penggantimu kelak.”
Pernah suatu
hari jamaah kaum Muslimin hendak menunaikan shalat Jum`at. Waktu sudah mepet
dan khutbah Jum`at sudah saatnya untuk disampaikan tapi Amirul Mukminin Umar
ibn Khathtahb belum juga keluar dari rumahnya. Sebagian jamaah mulai menebak-nebak,
jangan-jangan Khalifah Umar sedang sakit karena tidak seperti biasanya ia
terlambat menyampaikan khutbah Jum`at. Umar ibn Khaththab adalah seorang yang
berdisiplin tinggi. Selama ini tidak pernah ia melalaikan kewajibannya sebagai
seorang pemegang amanah umat.
Dan tak
berapa lama kemudian Umar bin Khaththab keluar dari rumah menemui jamaah kaum
Muslimin yang sudah menanti dimulainya khutbah Jum`at. Setelah memuji Allah dan
bershalawat kepada Nabi SAW dan menyampaikan pesan taqwa kepada jamaah, ia menyampaikan
perihal keterlambatannya mengisi khutbah Umar berkata bahwa; “Aku hanya
memiliki selembar pakaian ini saja yang selalu aku pakai setiap hari dalam
menjalankan tugas Kekhalifahanku dan tadi aku mencucinya dan lama aku
menungguinya hingga mengering”.
Sambil
berkata seperti itu Umar selalu mengibas-ngibaskan pakaian gamisnya, karena
belum kering sepenuhnya. Apa yang Umar adalah suatu teladan kesederhanaan yang
sudah dicontohkan oleh dua orang sahabat-nya yang sudah wafat terlebih dahulu,
yaitu Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA. Umar ibn Khaththab pernah
berkata; “Rasulullah SAW telah mendahuluiku dan beliau telah memperoleh nikmat
disisi Allah, begitu juga Abu Bakar juga telah berhasil mencontohnya, maka ia
juga beroleh nikmat disisi Allah dan sekarang tinggal aku seorang yang belum
jelas nasibnya, maka akan menyesal diriku bila tidak mencontoh mereka berdua”.
Kesederhanaan
Abu Bakar sebagai pemimpin negara menjadi suri tauladan bagi para Khalifah
setelahnya. Umar ibn Khaththab, Khalifah setelahnya, dikenal sebagai sosok yang
sangat tegas dalam mentaati syariah Islam dan tegas pula dalam hal menjaga
diri, keluarga dan para pejabat di pemerintahannya untuk tidak menyelewengkan
kekuasaan demi kepentingan pribadi.
Umar
ibn Khaththab pernah memaksa putranya Abdullah ibn Umar untuk segera menjual
unta gemuk putranya itu yang digembalakan di tanah milik negara dan
mengembalikan seluruh hasil penjualannya ke dalam kas negara (bait al-mal).
Khalifah Umar tidak menginginkan anak-anaknya bersikap “aji mumpung” dalam
memanfaatkan fasilitas negara selama beliau berkuasa. Karena itu adalah
tindakan yang tidak sesuai dengan contoh yang diberikan Rasulullah SAW.
Kesederhanaan
beliau juga tercermin dalam kisah berikut ini. Suatu saat, sejumlah sahabat di antaranya
Utsman, `Ali ibn Abi Thalib, Zubair bin Awwam dan Thalhah RA berunding untuk
mengusulkan agar santunan untuk Khalifah Umar dinaikkan, karena dianggap
terlalu kecil. Namun, tidak ada seorang pun dari mereka yang berani mengajukan
usul tersebut kepada Khalifah Umar yang terkenal sangat tegas dan “keras”.
Mereka khawatir usulan itu tidak diterima.
Akhirnya,
mereka menemui Hafshah RA, Ummul Mukminin, salah seorang istri Baginda Nabi SAW
yang tidak lain putri Umar. Saat Hafshah menyampaikan pesan mereka terkait
dengan usulan kenaikan santunan untuk Khalifah tersebut, Umar tampak
seperti menahan marah. Beliau dengan nada agak keras bertanya; “Siapa yang
berani mengajukan usulan itu?”
Hafshah tidak
segera menjawabnya, selain berkata, “Berikan dulu pendapat Ayah.”
Umar berkata;
“Seandainya saya tahu nama-nama mereka, niscaya saya pukul wajah-wajah mereka!”
“Hafshah,
sekarang coba kau ceritakan kepadaku tentang pakaian Nabi SAW yang paling baik,
makanan paling lezat yang biasa beliau makan dan alas tidur paling bagus yang
biasa beliau pakai di rumahmu,” Kata Umar lagi.
Hafshah
menjawab; “Pakaian terbaik beliau adalah sepasang baju berwarna merah yang
biasa beliau pakai pada hari Jumat dan saat me-nerima tamu. Makanan terlezat
beliau adalah roti yang terbuat dari tepung kasar yang dilumuri minyak. Tempat
alas tidur terbagus beliau adalah sehelai kain agak tebal, yang pada musim
panas, kain itu dilipat empat dan pada musim dingin dilipat dua; separuh beliau
jadikan alas tidur dan yang separuh lagi beliau jadikan selimut.”
“Sekarang,
pergilah. Katakanlah kepada mereka itu, Rasulullah SAW telah mencontohkan hidup
sangat sederhana dan merasa cukup dengan apa yang ada demi mendapatkan akherat.
Aku akan selalu mengikuti jejak beliau. Rasulullah, Abu Bakar dan aku bagaikan
tiga orang musafir. Musafir pertama telah sampai di tujuan seraya membawa
perbekalannya. Demikian pula musafir kedua, telah berhasil menyusulnya dan
sampai di tujuannya. Aku, musafir ketiga, masih sedang dalam perjalanan.
Seandainya aku bisa mengikuti jejak keduanya, tentu aku akan bertemu dengan
mereka semua. Sebaliknya, jika aku tidak mampu mengikuti jejak keduanya, aku
tidak akan pernah bertemu mereka,” Tegas Umar lagi.
Pada saat
lain, ketika beliau sedang asyik makan roti, datanglah Utbah bin Abi Farqad RA.
Utbah pun beliau persilakan masuk sekaligus beliau ajak untuk ikut makan roti
bersama. Roti itu ternyata terlalu keras sehingga Uthbah tampak agak kesulitan
memakannya. “Andai saja engkau membeli makanan dari tepung yang empuk,” Kata
Uthbah.
Umar malah
bertanya; “Apakah setiap rakyatku mampu membeli tepung dengan kualitas yang
baik?”
“Tentu
tidak,” jawab Uthbah.
“Kalau
begitu, engkau jelas telah menyuruhku untuk menghabiskan seluruh kenikmatan
hidup di dunia ini,” tegas Umar.
6.
Khalifah Umar bila dibandingkan dengan para raja
Di Madinah yang tenang hari itu. Siang berlalu setengah perjalanan. Serombongan orang yang nampak asing berjalan memasuki kota suci Islam kedua itu. Ternyata ada satu rombongan Hurmuzan, panglima dan pangeran Persia yang telah ditaklukkan pasukan Muslim. Ia ingin bertemu dengan Amirul Mu’minin Umar ibn Khaththab RA.
Di Madinah yang tenang hari itu. Siang berlalu setengah perjalanan. Serombongan orang yang nampak asing berjalan memasuki kota suci Islam kedua itu. Ternyata ada satu rombongan Hurmuzan, panglima dan pangeran Persia yang telah ditaklukkan pasukan Muslim. Ia ingin bertemu dengan Amirul Mu’minin Umar ibn Khaththab RA.
Dengan
ditemani Anas bin Malik RA, Hurmuzan datang dengan kebesaran dan kemegahannya.
Dengan diikuti pemuka-pemuka terkenal dan seluruh anggota keluarganya, Hurmuzan
memasuki Madinah dengan menampilkan keagungan dan kemuliaan seorang raja.
Perhiasan yang bertatah permata melekat di dahi. Sementara mantel sutra yang
mewah menutupi pundaknya. Sementara itu sebilah pedang bengkok dengan hiasan
batu-batu mulia menggantung pada sabuknya. Ia bertanya-tanya dimana Amirul
Mu’minin bertempat tinggal. Ia membayangkan bahwa Umar bin Khattab yang
kemasyhurannya tersebar ke seluruh dunia pasti tinggal di sebuah istana yang
megah.
Sampai di
Madinah, mereka langsung menuju ke tempat kediaman Umar. Tetapi mereka
diberitahukan bahwa Umar sudah pergi ke Masjid sedang menerima delegasi dari
Kufah. Mereka pun bergegas ke Masjid. Tetapi tidak juga melihat Umar disana.
Melihat rombongan itu, anak-anak Madinah mengerti maksud kedatangan mereka.
Lalu diberitahukan bahwa Amirul Mu’minin sedang tidur di beranda kanan Masjid
Nabawi dengan menggunakan mantelnya sebagai bantal.
Betapa
terkejutnya Hurmuzan, ketika ditunjukkan kepadanya bahwa Umar adalah lelaki
dengan pakaian seadanya yang sedang tidur di Masjid itu. Hurmuzan beserta
rombongannya nyaris tak percaya. Tetapi, memang itulah kenyataannya. Di Masjid
itu tidak ada orang lain kecuali Umar.
Dalam riwayat
lainnya dikatakan, sambil berdecak heran Hurmuzan bergumam, “Engkau, wahai
Umar, telah memerintah dengan sangat adil, lalu engkau aman dan engkau pun bisa
tidur dengan nyaman.”
Selain itu,
tentang keagungan Khalifah Umar ini terdengar pula oleh seorang raja negara
tetangga. Raja tertarik dan ingin sekali bertemu dengan Umar.
Maka pada suatu
hari dipersiapkanlah tentara kerajaan untuk me-ngawalnya berkunjung ke
pemerintahan Umar. Ketika raja itu sampai di gerbang kota Madinah, dilihatnya
seorang lelaki sedang sibuk menggali parit dan membersihkan got di pinggir
jalan. Lalu, di panggilnya laki-laki itu.
“Wahai
saudaraku!” seru raja sambil duduk di atas pelana kuda kebesarannya. “Bisakah
kau menunjukkan di mana letak istana dan sing-gasana Umar?” Tanyanya kemudian.
Lelaki itu
pun segera menghentikan pekerjaannya. Lalu, ia memberi hormat. “Wahai Tuan,
Umar manakah yang Tuan maksudkan?” Si penggali parit balik bertanya.”
Umar ibn
Khaththab kepala pemerintahan kerajaan Islam yang terkenal bijaksana dan gagah
berani,” Kata raja.
Lelaki
penggali parit itu tersenyum. “Tuan salah terka. Umar ibn Khaththab kepala
pemerintahan Islam sebenarnya tidak punya istana dan singgasana seperti yang
tuan duga. Ia orang biasa seperti saya,” Terang si penggali parit”
“Ah benarkah?
Mana mungkin kepala pemerintahan Islam yang ter-kenal agung seantero negeri itu
tidak punya istana?” Raja itu mengerutkan dahinya.
“Tuan tidak
percaya? Baiklah, ikuti saya,” Sahut penggali parit itu.
Lalu
diajaknya rombongan raja itu menuju “istana” Umar. Setelah berjalan menelusuri
lorong-lorong kampung, pasar, dan kota, akhirnya mereka tiba di depan sebuah
rumah sederhana. Diajaknya tamu kerajaan itu masuk dan dipersilahkannya duduk.
Penggali parit itu pun pergi ke belakang dan ganti pakaian. Setelah itu
ditemuinya tamu kerajaan itu. “Sekarang antarkanlah kami ke kerajaan Umar!”
Kata raja itu tak sabar.
Penggali
parit tersenyum. “Tuan raja, tadi sudah saya katakan bahwa Umar ibn Khaththab
tidak mempunyai kerajaan. Bila tuan masih juga bertanya di mana letak kerajaan
Umar itu, maka saat ini juga tuan-tuan sedang berada di dalam istana Umar!”
Hah?!” Raja
dan para pengawalnya terbelalak. Tentu saja mereka terkejut. Sebab, rumah yang
di masukinya itu tidak menggambarkan sedikit pun sebagai pusat kerajaan. Meski
rumah itu tampak bersih dan tersusun rapi, namun sangat sederhana.
Rupanya raja
tak mau percaya begitu saja. Ia pun mengeluarkan pedangnya. Lalu berdiri sambil
menga-cungkan pedangnya.
“Jangan
coba-coba menipuku! Pedang ini bisa memotong lehermu dalam sekejap!” Ancamnya
melotot.
Penggali
parit itu tetap tersenyum. Lalu dengan tenangnya, ia pun berdiri.” Di sini
tidak ada rakyat yang berani berbohong. Bila ada, maka belum bicara pun pedang
telah menebas lehernya. Letakkanlah pedang Tuan. Tak pantas kita bertengkar di
istana Umar,” Kata penggali parit. Dengan tenang ia memegang pedang raja dan
memasukkannya kembali pada sarungnya.
Raja
terkesima melihat keberanian dan ketenangan si penggali parit. Antara percaya
dan tidak, dipandanginya wajah penggali parit itu. Lantas, ia menebarkan
kembali pandangannya menyaksikan “istana” Umar itu. Lalu muncullah
pelayan-pelayan dan pengawal-pengawal untuk menjamu mereka dengan upacara
kebesaran. Namun, raja itu belum juga percaya.
“Benarkah ini
istana Umar?” Tanyanya pada pelayan-pelayan.
“Betul,
tuanku, inilah istana Umar ibn Khaththab,” Jawab seorang pelayan.
“Baiklah,”
katanya. Raja memang harus mempercayai ucapan pelayan itu. “Tapi, dimanakah
Umar? Tunjukkan padaku, aku ingin sekali bertemu dengannya dan bersalaman
dengannya!” ujar sang raja.
Dengan sopan
pelayan itu pun menunjuk ke arah lelaki penggali parit yang duduk di hadapan
raja. ” Yang duduk di hadapan tuan adalah Khalifah Umar bin Khaththab” Sahut
pelayan itu.
“Hah!?” Raja
kini benar-benar tercengang. Begitu pula pengawalnya. “Jad… jadi, Anda Khalifah
Umar itu…?” tanya raja dengan tergagap.
Si penggali
parit mengangguk sambil tersenyum ramah. “Sejak kita bertemu pertama kali di
pintu gerbang kota Madinah, sebenarnya tuan sudah berhadapan dengan Umar bin
Khaththab!” ujarnya dengan tenang.
Kemudian raja
itu pun langsung menubruk Umar dan memeluknya erat sekali. Ia sangat terharu
bahkan menangis melihat kesederhanaan Umar ibn Khaththab. Ia tak menyangka,
Khalifah yang namanya disegani di seluruh negeri itu, ternyata rela menggali
parit seorang diri di pinggiran kotanya. Sejak itu, raja selalu mengirim
rakyatnya ke kota Madinah untuk mempelajari agama Islam.
7.
Prestasi yang pernah di raih
Setelah Umar menjadi khalifah, ia lebih disegani dan ditakuti negara-negara lain. Kekuasaan Islam pun tumbuh sangat pesat mencakup wilayah Mesopotamia (Iraq) dan sebagian Persia, Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara. Pengaruh Islam juga melebar ke Armenia setelah merebutnya dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Setelah Umar menjadi khalifah, ia lebih disegani dan ditakuti negara-negara lain. Kekuasaan Islam pun tumbuh sangat pesat mencakup wilayah Mesopotamia (Iraq) dan sebagian Persia, Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara. Pengaruh Islam juga melebar ke Armenia setelah merebutnya dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Sejarah
mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada
pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636 M, 20 ribu
pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri
kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam
jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih
besar pada pertempuran Qadisiyyah (636 M), di dekat sungai Eufrat. Pada
pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan
pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam
Farrukhzad.
Pada tahun
637 Masehi, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam
akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota
oleh pendeta Sophronius dan di undang untuk shalat di dalam gereja. Umar
memilih untuk shalat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55
tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia shalat.
Umar juga
melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat
kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang
baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh
wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638 M, ia memerintahkan untuk memperluas dan
merenovasi Masjidil Haram di kota Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Ia juga
memulai proses kodifikasi hukum Islam. Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun
keempat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam
hendaknya mulai di hitung saat peristiwa hijrah.
Di bidang
administrasi pemerintahan, Umar berjasa membentuk Majelis Permusyawaratan,
Anggota Dewan, dan juga memisahkan lembaga pengadilan. la juga membagi wilayah
Islam ke dalam 8 propinsi yang membawahi beberapa distrik dan subdistrik.
Kedelapan propinsi itu adalah Makkah, Madinah, Suriah, Jazirah, Kufah, Basra,
Mesir, dan Palestina. Untuk masing-masing distrik itu, diangkat pegawai khusus
selaku gubernur. Gaji mereka di tertibkan. Selain itu, administrasi perpajakan
juga dibenahi.
Untuk
kepentingan pertahanan, keamanan, dan ketertiban dalam masyarakat, didirikanlah
lembaga kepolisian, korps militer dengan tentara terdaftar. Mereka juga digaji
yang besarnya berbeda-beda sesuai dengan tugasnya. Dia juga mendirikan pos-pos
militer di tempat-tempat strategis. Untuk mengawasi dan menjaga keamanan
negara.
Umar
melakukan pembenahan peradilan Islam. Dialah orang yang pertama meletakkan
prinsip-prinsip peradilan dengan menyusun sebuah risalah yang kemudian
dikirimkan kepada Abu Musa al-Asy’ari. Risalah itu disebutDustur ‘Umar atau Risalah
al-Qada’.
Dalam
upayanya meningkatkan mekanisme pemerintahan di setiap daerah, Umar melengkapi
gubernurnya dengan beberapa staf yang terdiri dari katib (sekretaris
kepala), katib ad-Diwan (sekretaris pada sekretariat
militer), sahib al-kharaj (pejabat perpajakan), sahib
al-ahdas (pejabat ke-polisian), sahib bait al-mal (pejabat
keuangan), dan qadi (hakim dan pejabat jawatan keagamaan).
Selain itu, ada staf yang langsung dikirim dari pusat.
Kebijaksanaan
lain yang dilakukan Umar adalah mendaftar seluruh kekayaan pejabat yang akan di
lantik. Ini ditempuh untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan wewenang dan
tindakan korupsi, yang jelas akan menjaga kestabilan negara.
Selain itu,
dengan semakin luasnya wilayah Islam, Umar melakukan berbagai macam penataan
struktur pemerintahan, antara lain: Penataan administrasi pemerintahan
dilakukan dengan melakukan desentralisasi pemerintahan. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menjangkau wilayah Islam yang semakin luas. Umar yang dikenal
sebagai negarawan, administrator, terampil dan cerdas, segera membuat kebijakan
mengenai administrasi pemerintahan.
Pembagian
negeri menjadi unit-unit administratif sebagai propinsi, distrik dan sub bagian
dari distrik merupakan langkah pertama dalam pemerintahan. Unit-unit ini
merupakan tempat ketergantungan efesiensi administratif yang besar. Umar
merupakan penguasa Muslim pertama yang mengambil kebijakan dengan melakukan
disentralisasi semacam itu. Setiap daerah diberi hak kewenangan mengatur
pemerintahan daerahnya, tetapi tetap segala kebijakan harus sesuai dengan
pemerintahan pusat.
8.
Wafat
Beliau wafat dalam usia 63 tahun setelah kurang lebih 10 tahun menegang amanat sebagai KhaIifah. Umar syahid setelah ditikam oleh Abu Abu Lu’luah (Fairuz), pada suatu subuh saat beliau akan memimpin shalat berjama`ah.
Beliau wafat dalam usia 63 tahun setelah kurang lebih 10 tahun menegang amanat sebagai KhaIifah. Umar syahid setelah ditikam oleh Abu Abu Lu’luah (Fairuz), pada suatu subuh saat beliau akan memimpin shalat berjama`ah.
Abu Lu’luah,
seorang budak warga Persia miliki Al-Mughirah yang masuk Islam setelah Persia
ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu
Lu’luah (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia,
yang saat itu merupakan negara digdaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada
hari Rabu, tanggal 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah wafatnya, maka jabatan
Khalifah dipegang oleh Ustman bin Affan RA atas persetujuan kaum Muslimin.
Semasa Umar
ibn Khaththab RA masih hidup beliau meninggalkan wasiat, yaitu:
1) Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
2) Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
3) Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah SWT. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamuselain Allah SWT.
4) Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkan kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
5) Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi, dan penuh penyesalan.
6) Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
1) Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
2) Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
3) Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah SWT. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamuselain Allah SWT.
4) Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkan kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
5) Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi, dan penuh penyesalan.
6) Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
9.
Penutup
Umar adalah profil seorang pemimpin yang sukses, mujtahid (ahli ijtihad) yang ulung, dan sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang sejati. Kesuksesannya dalam mengibarkan panji-panji Islam mengundang rasa kagum dan cinta dari banyak kalangan.
Umar adalah profil seorang pemimpin yang sukses, mujtahid (ahli ijtihad) yang ulung, dan sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang sejati. Kesuksesannya dalam mengibarkan panji-panji Islam mengundang rasa kagum dan cinta dari banyak kalangan.
Keislaman
beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam.
Beliau adalah sosok pribadi yang alim dan zuhud pada kehidupan duniawi. Beliau
pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan
kaum Muslimin. Pemimpin yang terus menegakkan ketauhidan dan keimanan, membasmi
bentuk kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid’ah.
Beliau adalah salah seorang yang paling baik dan paling berilmu tentang
Al-Qur`an dan As-Sunnah setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq RA.
Sungguh rindu
diri ini mendapati sosok pribadi – terutama pemimpin – yang demikian ini.
Seperti halnya Umar ibn Khaththab RA. Dan semoga saja bisa mengikuti perilaku
beliau ini, karena akan menjadikan pribadi ini bertambah baik dan sempurna.
Yogyakarta,
27 Februari 2012
Mashudi Antoro (Oedi`)
Mashudi Antoro (Oedi`)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar